Tuesday, April 30, 2013

Kontes Seo Jokes.web.id


Buat para kontestan seo ini nih ada info tentang kontes seo di 2013 dari Jokes.web.id , yang berminat ayoo langsung ke tkp aja... selain buat ngamalkan ilmu seo nya...( jangan di sempin aja ilmunya ntar keburu lupa lho.) hadiahnya juga menarik lhoo ini nih pengumumannya:


Pendaftaran Terakhir : 15 Juni 2013 jam 18:00
Pemilihan Pemenang : 1 Juli 2013 jam 00:01
Pembagian Hadiah : 2 Juli 2013


  • Hadiah Uang Tunai:
  • Juara 1 : Rp. 1.000.000
  • Juara 2 : Rp. 750.000
  • Juara 3 : Rp. 500.000
  • Juara 4 : Rp. 250.000
  • Juara 5 : Rp. 250.000

Untuk korespondensi dan tanya jawab kirimkan ke alamat emailbengkel.web.id@hotmail.com



SYARAT & KETENTUAN

▪ Buat artikel min 300 karakter untuk keyword: “Ayo Ikutan Kontes Humor JOKES.WEB.ID”.



Personal Picture (BB) Blackberry Yang Unik

Grow with Character! (18/100) Series by Hermawan Kartajaya Brand Must Reflect "Reason for Being"

MarkPlus adalah Marketing Plus! Hal itu terlihat di logo pertama yang saya buat. Ada sembilan kotak bujur sangkar kecil yang saya susun tiga kali tiga.

Pada tiga kotak pada baris paling atas, saya pasang huruf M-A-R. Pada tiga kotak pada baris kedua, saya taruh K-E-T. Susunan huruf pada baris terakhir adalah I-N-G. Jadi, kalau dibaca: MAR-KET-ING.

Untuk menggambarkan Plus, saya mainkan warna hitam dan putih. Di baris atas, huruf M warna hitam dengan latar belakang putih. A warna putih di atas kotak hitam dan R warna hitam di atas putih. K-E-T ketiganya putih di atas kotak-kotak hitam. Akhirnya, balik lagi seperti baris pertama, I hitam di atas putih, N putih di atas hitam, dan G hitam di atas putih.

Dengan demikian, latar belakang MAR-KET-ING akan terbaca sebagai black cross.

Semuanya jelas dan gamblang, bahwa saya memang ingin mengatakan bahwa business is marketing plus others. Artinya, semua fungsi lain seperti finance, operation, dan human resources mengikuti keputusan pemasaran.

Monday, April 29, 2013

Grow with Character!(16/100) Series by Hermawan Kartajaya Menjadi Ikan Besar di Kolam Kecil!


TERUS terang, hari-hari pertama setelah saya mendirikan MarkPlus Professional Service di Surabaya pada 1 Mei 1990, saya gelisah. Biasanya naik Toyota Crown Salon, lantas naik Toyota Corolla. Cicilian lagi! Baru kasih uang muka Rp 20 juta dan ngutang 24 bulan. Itu pun belum pasti bisa bayar lunas.

Kartu nama yang semula direktur PT HM Sampoerna menjadi MarkPlus Professional Service tanpa jabatan. Malu soalnya. Masa ditulis direktur atau managing director, gak punya karyawan sama sekali. Perusahaan satu orang atau one man show.... Alamatnya dari pabrik Sampoerna di SIER ganti ke alamat rumah Taman Prapen Indah C 8.Terus terang, waktu itu saya minder setiap ditanya orang. Mengapa kokkeluar dari Sampoerna?

Jarang sekali ada orang yang sudah menjadi direktur di perusahaan besar mau resign kalau gak ada masalah. Tidak sedikit yang bertanya, apakah saya di-kick out karena korupsi? Maklum, hal itu memang terjadi lebih dari sekali pada waktu yang lalu.

Grow with Character! (41/100) Series by Hermawan Kartajaya Bagaimana Pendapat Anda?


Upaya membangun MarkPlus Professional Service yang dimulai 1 Mei 1990 memang tidak mudah. Berbagai cara kreatif saya lakukan supaya MarkPlus bisa hidup dan maju, terutama pada tahun-tahun pertama. Salah satu cara yang saya pakai adalah menerbitkan buku.

Kumpulan tulisan saya di Jawa Pos, tiap Rabu selama sepuluh tahun berturut-turut, banyak penggemarnya. Penulis lain yang diminta pak Dahlan untuk mengisi hari-hari lain tidak ada yang selama itu. Saya pun selalu mengakhiri tulisan saya dengan kalimat, "Bagaimana pendapat Anda?" Suatu pertanyaan yang sebenarnya merupakan "pernyataan" keterbukaan saya. Boleh setuju atau tidak.

Ketika saya merasa tulisan tersebut sudah cukup jumlahnya, maka saya mencari siapa yang mau menerbitkan. Ketika itu, tidak banyak penerbit yang ada. Apalagi tulisan orang Surabaya. Siapa yang mau mengambil risiko menerbitkannya? 

Sampai akhirnya saya bertemu dengan pak Aristides Katoppo. Beliau adalah pendiri Pustaka Sinar Harapan dan kebetulan juga mengajar di Fakultas Sosial Politik di Universitas Indonesia. Yang diajar adalah mata kuliah Komunikasi Pemasaran. Walaupun tinggal di Jakarta, dia tahu saya menulis tiap Rabu di Jawa Pos Surabaya. Karena itu, dia tertarik untuk mengundang saya jadi pembicara tamu di kelasnya di UI.

Sudah pasti kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Saya segera mempersiapkan diri sebaik mungkin agar bahan Marketing Plus 2000 bisa di jelaskan dengan mudah. Lantas? Saya menggunakan contoh hidup, bagaimana melakukan komunikasi pemasaran dengan praktis agar gampang dimengerti orang dan ditangkap maksudnya. 

Waktu itu, saya menganggap punya dua macam pelanggan yang harus dipuaskan. Pertama, mahasiswa harus puas. Ini penting supaya terjadi words of mouth. Kedua, ya pak Tides sendiri supaya beliau dapat nilai tambah dalam kuliahnya. Tidak boleh bersaing, tapi harus mendukung beliau.Pada akhir kuliah tamu, saya langsung ditawari penerbitan tulisan saya jadi buku. Mission Accomplished!

Saya jadi ingat Bondan Winarno yang dulu juga punya kolom rutin tentang manajemen bernama KIAT di majalah Tempo. Kumpulan tulisannya diterbitkan dalam bentuk buku dan sukses. Terus terang, saya juga terinspirasi Bondan yang sekarang jadi tokoh Maknyus untuk melakukan hal yang sama.

Nah, untuk melakukan editing tulisan-tulisan saya itu, saya minta bantuan Sonni, bekas staf saya di Sampoerna. Ketika itu, Sonni menjabat Regional Manager Jawa Barat di Bandung. Pada saat saya mendirikan MarkPlus, dia masih aktif di Bandung. 

Saya minta tolong kepada Sonni karena dia paling tahu konsep saya sejak kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Selain itu, Sonni sangat religius, jujur, dan etis. Contohnya, dia langsung membeli komputer desktop seharga Rp 3,6 juta dengan cicilan untuk melakukan editing tulisan saya. Sebab, dia merasa tidak etis kalau membantu saya secara pribadi dengan menggunakan komputer kantor. Pekerjaan itu pun dilakukannya malam hari, after office hour

Jarang ada orang begitu kan? Tapi itulah kenyataannya. Karena tidak punya pengalaman editing, maka diperlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. 

Buku bernama Marketing Plus dengan logo seperti perusahaan MarkPlus itu punya ukuran saku. Maksudnya supaya kelihatan tebal dan gampang dibawa. Ternyata sukses! Ketika itu belum ada buku Marketing yang enak dibaca seperti itu.

Penerbitan kumpulan tulisan di Jawa Pos itu akhirnya berlanjut sampai lima seri. Mulai seri kedua, proses editing dilakukan Agus Giri dan Yatno yang juga staf saya lulusan ITS.

Sampai sekarang, komputer desktop Sonni tetap disimpan untuk kenangan pribadi. Ada tulisan di atas kertas yang ditempel di atasnya, "Seribu langkah besar selalu dimulai dari Satu langkah kecil." 

Bagaimana pendapat Anda? (*) 

Sunday, April 28, 2013

Grow with Character!(15/100) Series by Hermawan Kartajaya Dahlan Iskan, Putera Sampoerna, dan Ciputra: Beda tapi Sama.


SAYA sudah menulis tentang tiga "guru" saya itu sebelum mulai MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 1990 di Surabaya. Ketiganya sangat berbeda, tapi ketiganya sangat sama. Lihat saja. 

Dahlan Iskan, bekas wartawan, asal Magetan, lulus IAIN jurusan hukum. Setelah jadi kepala Biro Tempo di Surabaya, dia ditunjuk untuk memimpin Jawa Pos yang waktu itu "hidup susah, mati segan". Setelah membesarkan Jawa Pos Group ke seluruh Indonesia, dia mencoba masuk ke berbagai bisnis lain. 


Tidak semua bisa sukses sebesar Jawa Pos Group yang di media. Tapi, Pak Dahlan memang ingin menunjukkan kepada orang bahwa dia tidak hanya bisa di bisnis media. Dia selalu menyukai tantangan. Pada waktu ini, banyak orang yang berharap dia berhasil di PLN. Kayak sebuah mission impossible. Itulah Dahlan Iskan. 


Saturday, April 27, 2013

Grow with Character! (14/100) Series by Hermawan Kartajaya Karyawan Bermental Pengusaha, Pengusaha Berjiwa Karyawan


SATU hal yang saya lihat konsisten pada diri Pak Ciputra sejak dulu sampai sekarang ialah entrepreneurship. Beliau percaya bahwa inilah yang akan membawa Indonesia maju. Tanpa entrepreneurship, sebuah negara tidak akan maju.

Menurut Pak Ciputra, paling tidak lima persen penduduk sebuah negara haruslah berjiwa pengusaha. Jadi pengusaha sungguhan atau tetap bekerja pada orang lain, tapi punya jiwa pengusaha. Buat saya, kalau Anda karyawan tapi menganggap perusahaan tempat Anda bekerja sebagai perusahaan sendiri, dampaknya akan lain. Bukan cuma pada perusahaannya, tapi terutama pada diri sendiri. Itu yang kurang disadari orang.


Banyak yang berpikir bahwa dia merasa "rugi" kalau menganggap perusahaan tempat dia bekerja kayak perusahaan sendiri. "Kok enak..rugi dong aku...nanti aja kalau aku sudah punya perusahaan sendiri, baru begitu..." Itu alasan orang yang gak mau jadi intrapreneur.


Grow with Character! (13/100) Series by Hermawan Kartajaya Janji Adalah Utang! Karena Itu, Janji Harus Dibayar!

SELAMA saya bekerja di Sampoerna, saya tetap memelihara kontak dengan Pak Ciputra. Setiap ke Jakarta, saya berusaha menemui beliau.Saya juga mengikuti terus apa yang dipelopori oleh ''sang pelopor'' di industri properti itu. Salah satu pelajaran yang saya tidak bisa lupa adalah pernyataan beliau kepada pelanggan.
Apa itu? ''Janji adalah utang! Karena itu, janji harus dibayar!'' Itu kan pas dengan konsep dasar Customer Satisfaction atau Kepuasan Pelanggan. CS 101!

Ketika orang berpikir bahwa service adalah ''keramahan'' atau ''senyum'', maka kenyataannya bukan begitu. Ada banyak orang yang berpikir bahwa service adalah ASS atau after sales service. Apalagi, di industri otomotif ada istilah ''3S'' (sales, service, and sparepart)!


Grow with Character! (11/100) Series by Hermawan Kartajaya Sepuluh Langkah Undang Ciputra


KEMARIN saya sudah berce­rita bahwa saya tertarik untuk me­ngontak Pak Ci karena Teori Z. Tapi, waktu itu saya berpikir bah­wa sangat susah mengontak orang "besar" seperti dia. Karena itu, saya cari akal.

Pertama, saya cari tahu dulu no­mor telepon kantor PT Pembangunan Jaya di Jakarta. Kedua, saya telepon kantor Pak Ci dan mengatakan kepada operator bahwa saya mau bicara pada sekretaris Pak Ci. Dengan mengatakan begitu, saya ingin menghindari "filter" operator. Kalau saya bilang mau bicara pada Pak Ci pun, toh saya akan dihubungkan ke sekretaris Pak Ci. Daripada begitu, ya lebih baik bicara sama sekretarisnya saja sekalian.


Ketiga, begitu tersambung dengan si sekretaris, saya langsung ditanya detail maksud saya untuk bicara dengan Pak Ci.


Waktu itu saya bilang bahwa saya belum mau bicara dengan Pak Ci karena beliau belum kenal saya. Tapi,

Friday, April 26, 2013

Grow with Character! (10/100) Series by Hermawan Kartajaya Kenalan dengan Ciputra lewat Teori Z


GURU saya ketiga sebelum mendirikan MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 1990 di Surabaya adalah Ir Ciputra. Anda pasti tahu Pak Ci kan? Pak Dahlan Iskan pernah mengatakan kepada saya bahwa beliau juga kagum kepada Pak Ci.

Dulu, saya mengenal Pak Ciputra dari media. Saya tertarik pada pemikiran Pak Ci yang berbeda dengan berbagai eksekutif lain. Ketika itu Pak Ci masih menjadi presiden direktur Jaya Group, sebuah perusahaan kepunyaan Pemda DKI Jakarta. Tapi, BUMD yang satu ini memang sudah berbeda dari BUMD lain di Indonesia.


Konon ceritanya, Pak Ci-lah yang sesudah lulus dari ITB lantas "menantang" Pemda DKI untuk "menyulap"

Grow with Character! (9/100) Series by Hermawan Kartajaya Helicopter View dan Down to Earth


ANDA pernah coba helikopter? Kelihatan enak di film, tapi kenyataannya bisa sangat beda.Ruangnya kecil biasanya kurang nyaman, tidak seperti di pesawat komersial yang nyaman.

Suaranya bising, tidak tenang seperti pesawat komersial.Untuk bicara harus pakai alat pendengar di telinga.Pasti gak ada cabin crew karena itu gak ada yang melayani.


Selain itu, waktu penerbangan lebih lama karena memang gak bisa terbang cepat.Dan, yang lebih gak enak adalah ''menakutkan'' karena bisa melihat bumi dari atas.Maklum, terbangnya gak terlalu tinggi seperti pesawat komersial. Masih ada lagi!


Getarannya keras karena kecil dan karena itu pula gampang tertiup angin ke kiri dan ke kanan.


Kata orang yang ''ngerti aviasi'', helikopter itu ''lebih bahaya'' daripada pesawat biasa.Paling tidak, itulah semua yang saya rasakan ketika saya naik helikopter. Ketika Putera Sampoerna beli helikopter, kita diajak

Thursday, April 25, 2013

Grow with Character! (8/100) Series by Hermawan Kartajaya Dari Qustion Mark Jadi Cash Cow


SAMBIL menata distribusi dan membangun corporate brand, ketika itu Putera Sampoerna menyiapkan produk baru. Benar-benar baru! Karena dia percaya, tanpa produk baru yang bisa mendampingi Dji Sam Soe, Sampoerna tidak akan bisa naik peringkat. Bukankah di BCG Matrix, juga digambarkan bahwa ada empat macam produk dalam portofolio suatu perusahaan. Dji Sam Soe jelas cash cow, bahkan solid cash cow.

Dengan margin yang begitu tinggi berkat loyalitas pelanggan, bahkan sampai sekarang, sudah seharusnya profit dipakai untuk mengembangkan produk baru. Takutnya, sejalan dengan model product life cycle, pada suatu ketika Dji Sam Soe pun akan jadi "dog". Masih menghasilkan margin tapi sudah semakin menurun.



Pada saat ini, Anda melihat usaha mati-matian untuk mempertahankan Dji Sam Soe sebagai the real kretek dengan membungkus batangnya satu-satu supaya kualitas produk "tetap fresh". Dji Sam Soe Premium

Wednesday, April 24, 2013

Grow with Character! (7/100) Series by Hermawan Kartajaya Masih Ingat Marching Band Sampoerna?


KHUSUS tentang yang satu ini, saya punya catatan tersendiri. Ketika itu, lebih dari dua puluh tahun lalu, semua orang di Sampoerna dibikin bingung dengan ide tersebut. Hah...? Perusahaan rokok kretek nomor empat bikin Marching Band? Ini ide kelewat "edan" kan? Tidak terpikirkan dan terbayangkan oleh semua orang ketika Pak Putera mem-brief tentang hal itu. Jumlah pemain harus 234 orang! Dji Sam Soe kan


Semuanya harus karyawan pelinting rokok! Padahal waktu itu yang paling terkenal adalah Drum Band AAL di Surabaya. Akademi Angkatan Laut, yang pemainnya para kadet. Gagah, muda dan cekatan. Kalau di Jakarta, yang terkenal, waktu itu Drum Band Tarakanita. Yang main cewek ayu-ayu dan masih muda juga.



Jadi, ketika itu kami semua bingung dan nggak bisa membayangkan bagaimana para pelinting rokok yang tradisional itu bisa di-"transformasi" menjadi pemain Marching Band. Tapi kenyataannya bisa!


Grow with Character ( 6/100) Series by Hermawan Kartajaya


ACT AS A LEADER, EVEN YOU ARE NOT A MARKET LEADER ! 
MASIH banyak pelajaran tercecer walaupun saya hanya bekerja di Sampoerna kurang lebih dua setengah tahun. Kali ini saya akan bercerita tentang pelajaran yang makin memantapkan saya untuk mulai MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 1990.


Dari tulisan kemarin,makna terbesar yang saya dapat adalah "leadership". Act as a Leader evenyou are not a Market Leader...



Apa sih yang membedakan Leader dengan Manager?



Ada banyak definisi tentang Leadership,tapi favorit saya adalah yang dari Kouzes dan Posner. Model Kepemimpinan yang pernah dipakai IBM waktu krisis itu adalah Change,Dream,Empower,Model,Love. Artinya,seorang pemimpin harus berani melakukan perubahan ( dream ) terhadap situasi yang ada.



Sampoerna walaupun bukan yang nomer satu,waktu itu berani melakukan sesuatu yang beda dalam banyak

Tuesday, April 23, 2013

Grow with Character (5/100) Series Kami Memang Beda! by Hermawan Kartajaya


ADA yang masih ingat slogan ini? Kalau Anda sekarang sudah berusia kepala empat, barangkali masih ingat "kami memang beda" ini. Ini benar-benar ide asli Putera Sampoerna yang cemerlang! Itulah strategi Sampoerna yang waktu itu baru berada di peringkat empat di bawah Gudang Garam, Djarum, dan Bentoel.

Dengan menggunakan statement seperti itu, Sampoerna ingin mengata­kan bahwa produk-produk yang dibuat (Sampoerna) adalah "rokok tem­bakau". Sementara itu, yang lain "ro­kok saus"!

Pada suatu hari Pak Putera memanggil saya untuk brainstorm tentang hal ini. Keputusan diskusi adalah membuat ribuan kartu pos yang menggambarkan sebuah pohon penuh cabang. Berbagai cabang itu lantas diberi nama masing-masing. Ada yang dinamai rokok putih, cerutu, kelinting, dan rokok kretek. Yang rokok

Grow with Character! (4/100) Series Marketing Mix Is Nothing without Peddling by Hermawan Kartajaya


Pada suatu hari di Sampoerna, saya dipanggil Pak Putera ke kamar kerjanya. Hari itu saya diberi tugas menjelaskan konsep marketing menurut ''buku teks''. Jadi, seharian itu saya tidak perlu bekerja, tapi harus mengajar bos.
Itulah ''kelas marketing'' paling mahal yang juga paling saya ingat. Can you imagine?

Dengan berhati-hati, saya mencoba menjelaskan konsep yang saya tahu dari bukunya Philip Kotler. Sebab, itulah satu-satunya referensi saya waktu itu. Waktu itu, saya juga belum punya model sendiri yang simple dan gampang dimengerti.

Tapi, saya sangat tahu bahwa big boss saya adalah orang yang genius dan tidak sabaran. Jadi, saya harus

Monday, April 22, 2013

Grow with Character! (3/100) Series Magang di Universitas Sampoerna by Hermawan Kartajaya



GURU kedua saya sebelum membuka MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 1990 adalah Putera Sampoerna. Itulah perusahaan terakhir saya sebelum MarkPlus.


Bagi saya, Sampoerna juga sebuah Universitas tempat saya magang. Misi utama saya selama kurang lebih dua setengah tahun di sana adalah membangun sistem distribusi sendiri.

Pak Putera sangat percaya, walaupun Sampoerna punya produk bagus, kalau distribusinya ''macet'', tidak akan ada gunanya. Padahal, waktu itu produk ''kuat'' Sampoerna hanya satu, yaitu Dji Sam Soe. Produk lain ketika itu hanya bersifat ''regional'', tidak bisa nasional.

Dji Sam Soe memang sangat kuat. Bahkan sampai sekarang pun masih ''sakti''. Nyaris tidak ada brand lain yang bisa masuk ke segmen itu. Dji Sam Soe adalah rokok keretek termahal di Indonesia, bahkan di dunia. Sebab, di luar Indonesia, tidak ada rokok keretek... :)

Tapi, ketika itu Pak Putera berencana me-launch produk baru yang inovatif. Belakangan, kita semua baru

Kumpulan Tulisan Marketing Hermawan Kertajaya 100 Series - Grow with Caracter

Sobat Semua...
Berikut ini saya upload kembali kumpulan tulisan bapak hermawan kertajaya di jawapos di tahun 2010, sebanyak seratus artikel secara bertahap saya akan upload artikel2 tersebut sebagai kenang2an dari pada tersimpan di komputer dengan satu harapan semoga bisa diambil manfaat dan pelajaran selamat menikmati :

Belajar dari Dahlan Iskan
SETELAH hampir dua puluh tahun saya jadi entrepreneur, kayaknya sudah waktunya melakukan confession. Paling tidak, ada tiga orang yang menginspirasi saya, sampai "berani" keluar dari Sampoerna dan membuka MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 1990. 


Pak Dahlan Iskan adalah salah satunya. Tentu saja bukan dari seorang Dahlan Iskan yang sudah terbukti bisa membesarkan Jawa Pos seperti sekarang dan bahkan diangkat pemerintah untuk memimpin PLN seperti sekarang. 

Saya justru "belajar" dari Pak Dahlan yang masih sedang struggling mati-matian... Namun, saya sudah "sensing" waktu itu bahwa pada suatu ketika orang ini akan jadi somebody yang hebat. Untuk itu, saya perlu flashback ke belakang sedikit.

Ketika Pak Dahlan mulai dipercaya untuk menjalankan Jawa Pos di Surabaya, saya masih bekerja sebagai

Kiat Sukses Menjual Pengetahuan Secara Online


Dalam ulasan pekan lalu, kita jadi paham ternyata salah satu jenis produk yang paling simpel dan powerful untuk dijual secara online adalah “produk pengetahuan” (knowledge-based product).
Disitu, terbuka peluang untuk mendapatkan passive income yang terus mengalir. Tanpa kenal lelah, “produk pengetahuan” itu akan terus bekerja secara autopilot : dengan setia mengalirkan jutaan rupiah ke rekening Anda setiap bulannya (dan Anda hanya bisa tertegun-tegun menikmatinya. Ohh).
Namun sayang, tak pernah ada jalan tikus menuju Roma. Keindahan passive income itu tak akan pernah mendadak muncul dari langit. Perjuangan keras, doa, dan mungkin air mata kudu diperas untuk mewujudkannya.
Dan kini, ijinkan saya untuk berbagi kiat sukses menjual pengetahuan secara online : agar impian menuju Roma itu tak hanya berhenti pada fatamorgana.
Sejatinya, hanya ada dua tahapan krusial yang harus dicermati agar bisa sukses menjual pengehuan melalui media internet. Mari kita ulik satu per satu dengan seksama.
Kiat # 1 : Ciptakan Knowledge-based Product yang Cetar Membahana. Sebab memang dari sinilah perjuangan habis-habisan Anda dimulai : setiap jejak pengetahuan, pengalaman dan expertise Anda kudu diperas habis-habisan demi menghadirkan produk pengetahuan yang layak jual.
Dan berdasar pengalaman, produk pengetahuan yang laku dijual secara online adalah “pengetahuan yang aplikatif; pengetahuan praktikal yang bisa langsung di-aplikasikan oleh user; dan mampu memberikan manfaat nyata dalam kehidupan mereka”.
Contoh sederhana : bayangkan kita akan mendesain produk pengetahuan dengan judul “Sembilan Cara Ampuh untuk Menembus Tes WAWANCARA KERJA” (sekedar infor, keyword “wawancara kerja” setiap bulan di-googling sebanyak 35 ribu – potensi pasar yang lumayan besar).
Segera panduan itu harus kita isi dengan 9 langkah kunci untuk melalui tes wawancara kerja (mulai dari cara berbicara, body language, hingga sapaan yang harus dihadirkan).
Ada yang lebih penting : sajikan juga 10 jenis pertanyaan wawancara yang paling sering diajukan; DAN panduan untuk memberikan jawaban yang efektif bagi pertanyaan itu.
Akan lebih keren jika juga diberikan bonus dua video simulasi wawancara secara nyata. Yang satu menunjukkan cara menghadapi tes wawancara dengan salah (dan tunjukkan dimana salahnya. Riset membuktikan orang lebih cepat belajar dari melihat kesalahan). Dan video yang lainnya contoh proses wawancara yang sempurna (juga tunjukkan dimana poin keunggulannya).
Supaya lebih afdol, tambah dua bonus lagi : panduan ampuh untuk melakukan negosiasi gaji. Dan juga panduan untuk mendesain CV yang dahsyat; lengkap dengan contoh-contohnya.
Bungkus semua itu; dan jual secara online dengan harga Rp 99 ribu per paket.
Anda tertarik membuatnya? Jujur saja; saya sendiri tiba-tiba juga tertarik untuk membuatnya. Sebab feeling saya, ini produk pasti laris manis (ingat : jutaan sarjana baru antri melamar pekerjaan setiap tahunnya).
Btw, pesannya adalah : apapun topik pengetahuan yang hendak Anda jual, maka kemaslah semuanya secara aplikatif, praktikal dan mampu memberikan solusi nyata bagi pembelinya.
Kiat #2 : Ciptakan Website dengan Trafik yang Lumayan Tinggi. Berdasar pengalaman, Anda hanya bisa mulai menjual “sesuatu” secara online, jika web Anda dikunjungi minimal oleh 1000-an visitors per hari.
Dan alamak : mendatangkan trafik visitor setinggi itu ternyata tak semudah bikin indomie rebus. Kabar baiknya : kini banyak tersedia layanan Jasa SEO yang bisa mendrive jumlah pengunjung web.
Jasa SEO membantu Anda agar ketika orang mengetik kata tertentu di Google, web Anda bisa nangkring di urutan pertama hasil pencarian.
Melanjutkan contoh diatas : Anda bisa order jasa SEO agar ketika orang mengetik kata “tes wawancara kerja” atau “wawancara kerja”, maka web Anda bisa muncul di nomer satu hasil pencarian Google. Berapa biayanya? Sekitar Rp 3 juta per kata kunci (dengan durasi selama 12 bulan ada di peringkat no 1 terus). Harga yang masuk akal jika melihat manfaat yang dihasilkan.
Itulah sekilah dua kiat krusial yang layak dijalani agar sukses menjual produk pengetahuan di internet. Mudah-mudahan ada manfaatnya; sebagai salah satu alternatif cara untuk mendapatkan passive income secara barokah.
Dan mudah-mudahan, suatu saat Anda juga bisa melancong jalan-jalan menuju Roma.

Memimpin Atasan


Kata memimpin biasanya identik dengan hubungan antara atasan dan bawahan atau yang memimpin dengan yang dipimpin. Yang dipimpin seolah-olah selalu menjadi obyek dan dalam posisi yang lemah. Padahal, bawahan itu bisa juga memimpin atasan. Karena memimpin sejatinya adalah memberi pengaruh kepada orang-orang di sekitarnya. Lantas, bagaimana caranya memimpin atasan?

Pertama, ringankan tugas pimpinan. Tanggungjawab pimpinan Anda sudah begitu besar jangan perberat bebannya dengan menambah banyak problem. Selesaikan tugas Anda dengan sangat baik dan setelah itu bantu pimpinan Anda. Meringankan tugas pimpinan menunjukkan bahwa Anda adalah anggota tim yang hebat.
Boleh jadi saat Anda meringankan tugas pimpinan, orang-orang yang berpikiran negatif akan menilai Anda “menjilat”, cari muka, sok rajin dan lain sebagainya. Tapi ingatlah yang menentukan hidup Anda adalah diri Anda sendiri. Jangan biarkan hidup Anda didikte atau dikendalikan oleh orang-orang yang berpikiran negatif. Karena saya yakin, saat hidup Anda berantakan, orang-orang yang berpikiran negatif tidak akan peduli dengan hidup Anda. Jadi, teruslah peringan tugas pimpinan Anda.
Kedua, ambil tugas yang menantang. Jangan pernah menghindar saat ada tugas baru yang menantang. Ambil tanggungjawab dan pekerjaan baru di saat orang lain justru menghindar. Kebiasaan ini akan membuat hidup Anda terbiasa melakukan tugas-tugas melebihi tanggungjawab Anda. Memang berisiko, tetapi pekerjaan yang menangan itu membuat hormon-hormon di tubuh Anda bekerja sempurna. Keberanian mengelola risiko akan membuat Anda semakin mampu memimpin atasan Anda.
Ketiga, jadilah “aku” yang terasah. Tuntutan pekerjaan terus meningkat karena memang dunia terus berubah. Anda akan tertinggal bila berhenti “mengasah” atau berhenti meningkatkan core competence Anda. Diskusikanlah dengan pimpinan Anda hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dari diri Anda.
Investasikan dana untuk mengasah diri Anda. Tidak selalu harus menunggu dibiayai perusahaan atau pihak lain untuk pengembangan diri Anda. “Aku” yang terasah menjadikan Anda selalu siap dengan tugas-tugas menantang yang diamanahkan kepada Anda. Daya tawar Anda akan semakin meningkat, kemampuan Anda memimpin atasan semakin kuat.
Pemimpin sejati bukanlah karena posisi dan jabatan tetapi seberapa besar pengaruhnya bagi orang lain. Bila Anda bisa memberi pengaruh yang besar kepada atasan Anda, itu berarti Anda telah memimpin atasan Anda. Selamat mencoba…
Salam SuksesMulia!
From http://jamilazzaini.com

Sunday, April 21, 2013

Samsung : Only Paranoid Will Survive !


Tak banyak yang menyangka kalau Samsung yang dulu dikenal hanya sebagai tukang bikin kulkas, kini menjadi jawara dalam panggung peperangan smartphone global yang begitu keras.
Setelah meninggalkan Nokia dan BB dalam debu kekalahan yang terasa begitu pahit, Samsung kini juga terus membayangi Apple yang selalu dikenang sebagai sang legenda inovasi.
Samsung Galaxy S III dan Samsung Android Series mungkin terus akan menari dan berdansa. Dalam pekik kemenangan itu, kita mungkin layak membuka tirai : rahasia bisnis apa yang membuat mereka begitu digdaya?
Pelan-pelan saya akan mengajak Anda semua menyingkap tirai kemenangan itu. Disini. Di blog yang spesial ini.
Dalam laporan utamanya yang ekstensif, majalah Bloomberg BusinessWeek mencoba mengulik rahasia dibalik melentingnya Samsung menjadi perusahaan elektronik no 1 di dunia (dari sisi sales revenue). Ada setidaknya 3 faktor kunci yang dibentangkan di dalamnya.
Faktor # 1 : Kuasai Dulu Jeroannya, Lalu Serang. Premis ini maknanya begini : sebelum memproduksi produk akhir (end products), Samsung selalu memulai dengan cara membikin komponen kunci yang membentuk produk akhir itu.
Begitulah, setelah mampu membuat komponen kunci itu, Samsung memilih “sekedar” menjadi pemasok komponen itu buat pabrikan lain (untuk digunakan membikin produk akhir).
Contoh : bertahun-tahun Samsung membuat LCD panels untuk produsen televisi (sambil memasok, mereka “membongkar” bagimana proses produksi televisi dilakukan).
Setelah paham semuanya — jeger — mereka lalu membuat sendiri TV LCD dengan masif (dan lalu menyalip produsen yang dulu dipasoknya). Kini, Samsung adalah produsen TV LCD dan TV LED nomer 1 di dunia.
Skema seperti diatas dilakukan juga untuk smartphone : bertahun-tahun Samsung “hanya” memasok flash memory dan RAM chips ke produsen lain seperti Apple dan Nokia. Setelah paham rumusnya — abrakadabra — mereka membikin sendiri produk smartphone (dan menyalip lagi produsen yang dulu dipasoknya).
Faktor # 2 : Speed in Product Development. Tak ada produsen lain yang sebegitu cepat meluncurkan beragam produk baru dalam waktu yang teramat pendek. Samsung melakukannya berulang kali.
Salah satu sebab kenapa mereka bisa seperti itu adalah : karena mereka juga membuat sendiri banyak komponen inti smartphone (sebab ingat, mereka dulu memulainya dengan berperan sebagai pemasok komponennya).
Menguasai supply chain dari awal hingga akhir adalah kunci kecepatan me-launch produk baru (sesuatu yang jarang dimiliki oleh rival – lantaran mereka banyak tergantung pada supplier lain, bahkan termasuk pasokan komponen inti dari Samsung juga).
Faktor 3 : Lee Kun Hee Magic. Tak pelak, kecepatan pengambilan keputusan dan product development juga tak lepas dari faktor Lee Kun Hee, CEO legendaris yang begitu powerful menjalankan Samsung.
Lee adalah “Steve Jobs of Korea” : figur visioner, brilliant risk taker, dan tidak suka ba bi bu dalam mengambil keputusan.
Lee jugalah yang selalu meng-instal sense of crisis dalam tubuh Samsung agar terus bergerak inovatif. Kini Samsung boleh bangga menjadi smartphone producer top dunia. Namun di sekujur pabriknya di Gumi, Korea sana, terpampang poster -poster besar dengan bunyi seperti ini : We are in Danger. We are in Perpetual Crisis.
Dalam perang inovasi yang brutal, berbangga diri adalah kemewahan yang mematikan. Kelengahan sekejap bisa berakibat terpeleset dalam bibir kehancuran.
Lee mungkin amat sadar dengan itu. Dalam meeting-meeting dengan jajaran manajemen-nya, ia selalu menggelolarakan “never ending sense of crisis” itu : agar fighting spirit untuk berinovasi selalu bisa dikibarkan.
Lee juga tak lupa mengutip petuah bijak dari Andy Groove, pendiri raksasa Intel. Petuah yang selalu terngiang di telinganya : Only Paranoid Will Survive.
Hanya dengan itu, mungkin Samsung bisa terus bertahan. Dan bukan menjadi korban berikutnya dari innovation war yang tak kenal ampun.

Saturday, April 20, 2013

Mandat Peran


Negara yang kaya, bukanlah negara yang besar penghasilannya tetapi negara yang menyediakan banyak peran bagi warganya. Saya menonton seni perkusi dari Korea ini dengan takjub. Sederetan pemuda dengan tampang gaul sedang menabuh aneka gendang Korea dan di antaranya cuma kebagian nenabuh terbang kecil.

Saya sebut "cuma" karena alat musik itu bukan grand piano yang megah atau satu set drum yang gagah. Menjadi pianis atau menjadi drummer masih terdengar lazim. Tapi menjadi penabuh terbang kecil adalah profesi yang ribet jika harus ditulis di KTP atau sebagai alat untuk meyakinkan mertua. Menyebut diri sebagai pemain musik pun hanya pemusik sukses yang diterima dengan baik saat apel pacar. Tapi jangan coba- coba bagi pemusik pemula yang tengah merintis jalan apalagi sekadar penabuh terbang kecil yang setiap orang rasanya bisa menabuhnya.

Tapi anak-anak muda penabuh perkusi ini seperti tak peduli. Ia menabuh gendang dan terbangnya dengan jiwa penuh seluruh. Mereka adalah sekelompok pemusik yang kesurupan dan merasa dunia telah di genggaman. Mereka tampak bahagia dengan alat-alat musiknya yang sederhana. Tegasnya, bukan alat itu kata kuncinya. Tapi mereka bahagia dengan pilihan hidupnya.

Anak-anak muda itu bukan tidak tahu bahwa di negaranya ada boy band yang gemerlap. Mereka bukan tidak menyadari bahwa seni perkusi itu hidup dengan pasar terbatas, dengan penanggap tak pasti. Seperti halnya sahabat saya pantomimer Jemek Supardi, ia bukan tak paham bahwa seni pantomim bukanlah musik dangdut. Tapi ada yang lebih penting dari kesadaran kalkulatif semacam itu, yakni kesadaran intuitif. Kesadaran intuisi itu akan membuat manusia berani melayani panggilan peran. Sementara kesadaran kalkulasi hanya berani melayani panggilan yang dianggap lebih strategis dan lebih menguntungkan.

Banyaknya kesadaran kalkulasi itu sungguh memiskinkan peradaban. Karena yang disebut cita-cita yang tinggi itu hanya sebatas menjadi dokter, insinyur, tentara dan polisi. Kesadaran itu juga sangat mempengaruhi minat memilih jurusan kuliah. Jurusan yang dipadati mahasiswa hanyalah jurusan yang dianggap mudah sebagai alat mencari kerja. Lalu jenis pekerjaan pun akhirnya hanya itu-itu saja dengan pegawai negeri sebagai puncaknya.

Tentu yang disebut "itu-itu" di atas bukanlah pekerjaan buruk. Pekerjaan yang amat baik malah. Tapi jumlah jenis pekerjaan yang baik, tentu bukan cuma itu. Inilah persoalannya. Itulah kenapa bangsa yang cita-citanya masih dari jenis yang itu-itu saja, rezekinya juga masih sebatas itu-itu saja. Masih.sebatas tukang rakit dan pemburu bagi hasil saja. "Ini sumber daya alam olahlah, kepadaku cukup kau beri bagian keuntungannya saja," cuma begitu kemampuan kita.

Itulah hasil dari pihak yang bersekolah cuma untuk mencari kerja, bukan mencari ilmu. Akhirnya ia memang behasil mendapatkan pekerjaan tapi tidak mendapatkan ilmu. Akhirnya rendahlah bayarannya.

* Diambil dari http://www.priegs.com

“Buronan” yang menghasilkan Panja


Telah lahir: Panja Ketenagakerjaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Komisi IX DPR RI. Itulah kesimpulan rapat kerja Komisi IX DPR dengan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri BUMN tanggal 10 April lalu.
Saya senang dengan lahirnya Panja itu. Dengan Panja pembahasan masalah ketenagakerjaan di BUMN akan sangat mendalam.
Panja tentu akan mendengarkan banyak pihak yang pantas didengar: tokoh-tokoh serikat pekerja, manajemen BUMN yang rugi, BUMN kecil, BUMN besar, BUMN yang mempraktikkan sistem ketenagakerjaan yang baik dan yang kurang baik, dan banyak pihak lagi.
DPR, khususnya Komisi IX, tentu lembaga yang sangat kritis yang bisa menyerap berbagai realitas di lapangan. Baik realitas tenaga kerja yang harus kian sejahtera maupun realitas perusahaan yang harus dijaga pertumbuhan dan sustainabilitasnya.
Saya sendiri menyesal sempat terlalu lama jadi “buron” Komisi IX. Ternyata komisi ini sangat dinamis. Anggota-anggotanya mengesankan. Banyak dokternya (saya lupa Komisi IX adalah komisi yang juga mengurus kesehatan), intelektualnya, dan begitu banyak wanitanya: cantik-cantik dan cerdas-cerdas.
Ada wakil ketua, Nova Riyanti Yusuf yang dokter ahli kesehatan jiwa, ada Karolin Margret Natasa yang juga dokter, ada Chusnunia Chalim yang ustadzah, dan banyak lagi. Dan jangan lupa ketuanya sendiri: Ribka Tjiptaning yang juga dokter. Bahkan ada dokter Dinajani Mahdi yang bergelar profesor, doktor, dan enam gelar mentereng lainnya.
Tentu, saya tahu apa yang harus dibahas hari itu: outsourcing atau alih daya. Ketika saya menjadi Dirut PLN saya kaget: begitu banyak karyawan outsourcing-nya. Ke mana-mana, ke seluruh Indonesia, saya bertemu dan bergaul dengan mereka.
Saya tahu apa yang mereka alami: gaji jauh lebih kecil (dibanding karyawan tetap), tidak jelas berapa lama akan bekerja di situ (karena bisa saja tahun berikutnya kontraknya tidak diperpanjang), dan yang paling utama mereka merasa diperlakukan tidak adil: mereka merasa bekerja lebih keras dari karyawan tetap tapi gajinya jauh lebih kecil.
Tahun pertama di PLN, saya sudah langsung bisa merumuskan tiga hal strategis itu. Saya merencanakan untuk dicarikan jalan keluar di tahun ketiga masa jabatan saya. Tahun pertama saya harus memprioritaskan program mengatasi krisis listrik di seluruh Indonesia.
Tahun kedua saya harus mengatasi daftar tunggu yang jumlahnya jutaan. Sampai-sampai harus dua kali melakukan program “sehari satu juta sambungan”. Itu sekaligus mengatasi problem percaloan yang sudah mendarah-daging. Tahun ketiga, rencana saya, menyelesaikan outsourcing dan melahirkan mobil listrik.
Tidak disangka-sangka saya harus meninggalkan PLN sebelum genap dua tahun menjabat dirut. Saya harus menjadi menteri, meski sudah berusaha untuk bisa tetap di PLN setahun lagi.
Waktu itu saya ingin ada perbaikan sistem tender untuk perusahaan alih daya. Jangan mempertandingkan harga murah tapi kualitas pekerjaan. Bahkan gaji minimal sudah harus dipersyaratkan dalam dokumen tender.
Saya juga selalu mengajak karyawan tetap untuk bekerja lebih keras. “Jangan sampai teman-teman outsourcing mengatakan karyawan tetap itu gajinya besar tapi tidak mau kerja keras,” kata saya.
Kini dengan dibentuknya Panja Ketenagakerjaan BUMN oleh Komisi IX, soal-soal itu akan bisa didalami lebih komprehensif. Sistem ketenagakerjaan di BUMN memang tidak seragam. Tergantung masing-masing BUMN. Apalagi BUMN itu memang aneka-ria: bidang usahanya sangat luas. Industri bajanya tidak bisa disamakan dengan industri perbankan, penerbangan, perkebunan, dan seterusnya. Masing-masing mempunyai karakteristiknya sendiri.
Sambil menunggu hasil Panja Ketenagakerjaan Komisi IX DPR, semua BUMN harus menyiapkan perubahan-perubahan yang mungkin harus terjadi. Tentu tidak tahun ini karena sistem anggarannya sudah tidak memungkinkan direvisi. Lebih baik dan lebih siap kalau disiapkan untuk dimulai tahun depan.
Semua persoalan, semua pengalaman dan semua pemikiran harus disiapkan untuk kelancaran kerja Panja Komisi IX. Inilah tahun kerja keras para direktur SDM di masing-masing BUMN. Kalau perlu kurangi sedikit fasilitas direksi untuk yang satu ini.
Tapi saya juga bisa membayangkan sulitnya BUMN-BUMN kecil yang masih serba sulit. Jangankan memikirkan itu, karyawan tetapnya sendiri saja masih jauh dari sejahtera. Bahkan ada BUMN yang baru tahun lalu bisa membayar karyawan tetapnya dengan gaji tetap.
Itulah realitas perusahaan: yang besar sulit dengan kebesarannya, yang kecil sulit dengan kekecilannya, dan yang sulit kian sulit dengan kesulitannya. Paling enak adalah orang yang bisa menikmati segala kesulitan itu. (*)
Dahlan Iskan
Menteri  BUMN
*diambil dari http://dahlaniskan.wordpress.com

Friday, April 19, 2013

Orang Tuamu Bukan Pengasuh Anakmu


Ada beberapa orang yang sibuk bekerja kemudian meminta bantuan orang tuanya untuk mengasuh anaknya. Ada orang tua yang senang, ada juga yang dalam hati sebenarnya keberatan mengasuh cucunya. Saya tahu hal ini karena ada beberapa yang pernah curhat kepada saya.
Apakah tidak boleh anak-anak diasuh oleh kakek atau neneknya? Tentu boleh. Tetapi pastikan dulu bahwa orang tua sangat senang dan tidak keberatan. Selain itu, pastikan juga cara mendidiknya tepat dan sesuai perkembangan zaman. Sebab betapa banyak kakek dan nenek yang begitu memanjakan saat mengasuh cucunya. Semua yang diminta sang cucu diberikan hanya karena ia tidak tega mendengar tangisannya.
Komunikasi dengan orang tua Anda alias kakek-nenek dari anak Anda harus intensif. Tidak boleh ada beda pemahaman saat mendidik anak. Apa yang Anda larang tidak boleh dilakukan anak-anak juga harus dilarang oleh orang tua Anda. Begitu juga apa yang Anda setujui, orang tua Anda juga harus menyetujui.
Apabila cara mendidik Anda dengan orang tua berbeda itu akan menghasilkan anak yang bingung dan mudah kehilangan arah. Lebih bahaya lagi, ia bisa menjadi anak yang oportunis, mendekat kepada yang bisa memenuhi keinginannya. Peluang untuk pintar berbohong juga sangat besar. Kisah berikut bisa menjadi pelajaran.
Alkisah seorang anak diasuh oleh kakeknya. Sang kakek sangat memanjakan cucunya. Semua permintaan cucunya selalu dipenuhi walau tidak dibolehkan oleh orang tuanya. Kalau sudah seperti ini biasanya dibumbui dengan pesan, “Jangan bilang-bilang orang tuamu, ya.”
Nah, suatu saat anak ini tidak mau sekolah, sang kakekpun mengizinkannya. “Boleh gak sekolah tetapi kamu yang SMS gurumu minta izin, ya.” Dengan cepat sang anak menjawab, “Beres, kek.” Anak itupun tidak sekolah.
Menjelang siang hari, ibu guru dan teman-temannya datang ke rumah sang anak. Melihat kondisi ini sang kakek berkata, “Ayo kamu ngumpet, guru dan temanmu datang ke rumah. Malu kan gak sekolah malah sibuk nonton TV.”
Sang anak dengan enteng menjawab, “Kakek yang ngumpet. Tadi saya izin tidak sekolah karena kakek sakit keras.”
Salam SuksesMulia!
from www.jamilazzaini.com

Saturday, April 13, 2013

Grow with Character! (35/100) Series by Hermawan Kartajaya Alfabet Marketing Mix: A , B , P , V , C


BANYAK orang yang menganggap bahwa marketing adalah marketing mix. Lebih terkenal sebagai 4P! Product, price, place, and promotion. Banyak yang mengira 4P berasal dari Philip Kotler. Yang mulai mengatakan bahwa marketing mix adalah 4P adalah Jerome McCarthy yang sebelumnya disebut P2CP. 

Namun, Philip Kotler yang memopulerkan product, price, channel, dan promotion. Supaya gampang diingat, channel lantas disebut place. Tapi, sebenarnya, promotion juga harus diartikan sebagai komunikasi pemasaran secara luas. Bukan cuma promosi jangka pendek.

Terlepas dari semua itu, "urutan" marketing mix itu cukup logis. Produk harus ada dulu. Kalau enggak,
apanya yang mau dipasarkan? Lalu dikasih harga, disalurkan, dan dipromosikan. Waktu saya merumuskan lima tahapan
competitive setting, saya juga melihat adanya "pergeseran" dari bauran pemasaran ini. Dari 4A ke 4C. Ketika situasi persaingan masih monopoli atau 2C, yang berlaku hanya 4A. Assortment, affordable, available, dan announcement.

Maksudnya, perusahaan cukup menyediakan assortment of products. Pelanggan tidak usah dipikirkan.