BANYAK orang yang menganggap bahwa marketing adalah marketing
mix. Lebih terkenal sebagai 4P! Product, price, place, and promotion.
Banyak yang mengira 4P berasal dari Philip Kotler. Yang mulai mengatakan bahwa marketing
mix adalah 4P adalah Jerome McCarthy yang sebelumnya disebut P2CP.
Namun, Philip Kotler yang memopulerkan product, price, channel,
dan promotion. Supaya gampang diingat, channel lantas disebut place.
Tapi, sebenarnya, promotion juga harus diartikan sebagai komunikasi
pemasaran secara luas. Bukan cuma promosi jangka pendek.
Terlepas dari semua itu, "urutan" marketing mix itu cukup
logis. Produk harus ada dulu. Kalau enggak,
apanya yang mau dipasarkan? Lalu dikasih harga, disalurkan, dan dipromosikan. Waktu saya merumuskan lima tahapan competitive setting, saya juga melihat adanya "pergeseran" dari bauran pemasaran ini. Dari 4A ke 4C. Ketika situasi persaingan masih monopoli atau 2C, yang berlaku hanya 4A. Assortment, affordable, available, dan announcement.
apanya yang mau dipasarkan? Lalu dikasih harga, disalurkan, dan dipromosikan. Waktu saya merumuskan lima tahapan competitive setting, saya juga melihat adanya "pergeseran" dari bauran pemasaran ini. Dari 4A ke 4C. Ketika situasi persaingan masih monopoli atau 2C, yang berlaku hanya 4A. Assortment, affordable, available, dan announcement.
Maksudnya, perusahaan cukup menyediakan assortment of products.
Pelanggan tidak usah dipikirkan. Yang penting, perusahaan itu bisanya
memproduksi apa saja. Harganya? Pasti melihat cost, tapi yang penting
"masih bisa" dibayar pelanggan. Tidak ada rangsangan untuk cost
reduction karena pesaing praktis tidak ada.
Tugas channel adalah make it available, bahkan sering pembeli
harus mengambil sendiri. Sedangkan promosi memang tidak perlu, cukup pengumuman
saja. Ingat Telkom zaman dulu kan?
Saya senang sekali ketika ada pengumuman di koran bahwa "daerah tempat
tinggal saya" sudah akan ada saluran telepon. Harga sudah ditetapkan,
tidak boleh ditawar. Bahkan, sering lebih mahal karena ada biaya tambahan yang
tidak jelas.
Bandingkan dengan sekarang! Orang dikasih nomor telepon baru aja harus
"dirayu"! Gila kan? Pada saat persaingan jadi 2,5C, bauran
pemasaran jadi 4B. Best, bargaining, buffer-stocking, dan bombarding.
Artinya?
Kalau sebuah perusahaan masih punya pesaing yang lemah, biasanya produknya
adalah yang "terbaik". Harganya juga bisa ditentukan sendiri, karena bargaining
position yang kuat. Channel hanya jadi semacam "stockist"
dengan jatah tertentu. Sedangkan promosinya bersifat memborbardir otak konsumen
bahwa perusahaan itulah yang terbaik.
Garuda Indonesia zaman dulu merupakan contoh yang pas utk 4B ini. Karena
satu-satunya airline yang boleh pakai pesawat jet, ya otomatis jadi
"the best". Penumpang "terpaksa" menyetujui harga
mahal bukan karena pelayanan, tapi karena bargaining position Garuda
ketika itu cukup tinggi.
Travel agent sebagai channel dikasih jatah seat yang boleh
dijual dan promosinya bersifat "bombardir" bahwa Garuda adalah The
Airline of Indonesia. Naiklah Garuda karena Anda orang Indonesia!
Ketika persaingan sudah di 3C, marketing mix adalah sama dengan 4P. Pada
tahap itu mekanisme persaingan sudah berjalan dengan wajar! Tapi, saya
berlanjut dengan dua situasi persaingan berikutnya, yaitu 3,5C dan 4C. Marketing
mix-nya jadi 4V dan 4C!
Ketika masih market driven atau 3,5 C, bauran pemasaran jadi variety,
value, venue, dan voice. Artinya? Di tahap ini ada variety
of products untuk ceruk pasar yang harus dilayani secara khusus. Harga
harus value for money sesuai dengan "Niches"
masing-masing. Sedang channel penjualan juga harus venues,
artinya dirancang khusus secara berbeda. Dan, komunikasi sudah harus
memperhatikan voice of marketer yang enak didengar oleh setiap telinga
para pelanggan berbeda dari berbagai ceruk.
Lihat saja Kijang "generasi kelima" yang pernah punya 18 variasi
produk. Waktu itu Kijang yang sudah market leader diserang Timor yang
di-backup kekuasaan. Kijang bertahan bukan dengan cara membanting harga
yang sama dengan bunuh diri, karena Timor dapat fasilitas "bea
masuk". Mereka menjawab tantangan itu dengan menjadi spesialis untuk 18
ceruk.
Dengan harga berbeda sesuai dengan value untuk masing asing niches.
Nah, kalau situasi persaingan sudah mencapai 4C, marketing mix juga jadi
4C! Customer solution, cost, channel, dan communication.
Karena segmentasi sudah individualized, produk harus menjadi solusi bagi
individu tersebut. Price harus mempertimbangkan cost bagi si
individu. Place jadi convenience, karena point of sales
juga harus jadi tempat yang sangat comfortable untuk individu. Dan, promotion
benar-benar harus jadi dua arah. Karena itu, namanya komunikasi.
Nike adalah contoh konkret bagaimana sebuah brand yang tidak hanya
menyajikan variasi produk untuk tiap ceruk. Nike juga memberikan kesempatan
kepada pelanggan untuk memesan sepatu menurut selera mereka. Termasuk model,
warna, bahkan nama individu tersebut.
Itulah kisah perjalanan marketing mix dari 4A ke 4B ke 4P ke 4V dan
akhirnya 4C! (*)
No comments:
Post a Comment