ANDA pernah coba helikopter? Kelihatan enak di film, tapi
kenyataannya bisa sangat beda.Ruangnya kecil biasanya kurang nyaman, tidak
seperti di pesawat komersial yang nyaman.
mencoba satu
per satu, waktu itu. Dia khusus bilang kepada saya, ''If you see your market
from the sky, it will look differently!'' Karena itu pula, saya jadi lantas
sering ''melihat'' pasar dari atas.
Kata Pak Putera seperti melihat Peta. Tapi, yang ini lebih realistis. Ini
penting. Apalagi, ketika itu, saya harus menata kembali jalur distribusi.
Pembagian wilayah Indonesia harus didasarkan pada regionalisasi. Kepadatan
penduduk harus dipertimbangkan untuk memperhitungkan efisiensi logistik. Selain
itu, tingkat purchasing power penduduk rata-rata di suatu wilayah juga
harus menjadi pertimbangan untuk keperluan efektivitas.
Nah, kalau Anda berada di helikopter yang sedang melayang di udara, Anda memang
tidak bisa melihat semua itu dengan teliti.
Tapi, Anda akan punya kesempatan untuk ''membayangkan'' data yang Anda punyai.
Di Sampoerna semua direksi memang harus bisa berpikir seperti itu. Harus punya
''helicopter view'' yang bersifat wide, imaginative dan abstract
Wide karena dari atas Anda akan bisa punya bigger picture dari
bisnis Anda ketimbang kalau Anda di bawah. Imaginative karena di situlah
Anda mendapatkan kesempatan untuk mimpi tentang bisnis Anda.
Abstrak karena suatu strategi yang dibayangkan untuk mencapai suatu tujuan
belum menjadi konkret sebelum dilaksanakan. Tapi, apakah itu cukup?
Pasti tidak! Pak Putera paling tidak suka kalau orang Sampoerna tidak
''membumi''. Karena itu, saya jadi suka sidak ke lapangan. Direksi yang hanya
bisa bikin strategi, tapi gak tau lapangan gak ada gunanya. Karena itu juga
harus bisa down to earth yang sifatnya detail, realistic dan concrete.
Detail artinya tidak boleh cuma global. Semua data global mesti diurai sampai
detail. Realistis artinya bukan sekadar imajinasi yang gak ada juntrungannya.
Kesimpulan akhir?
Harus seimbang! Harus ada balance di antara keduanya. Inilah serangkaian
pelajaran dari ''magang'' saya di Universitas Sampoerna. Besok saya akan
bercerita tentang guru saya yang ketiga sesudah Dahlan Iskan dan Putera
Sampoerna, sebelum mendirikan MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 1990 di
Suarabaya.(*)
No comments:
Post a Comment